Maraknya berita soal
kasus bupati Garut di media akhir-akhir ini membuat nama Garut makin
berkibar. Beritanya pasti udah pada tahu, jadi gak perlu dibahas
disini. Yang jelas gara-gara kasus itu saya yang sudah terlanjur
dikenal sebagai “turunan Garut” oleh teman, rekan kerja, dan
relasi, kena imbasnya jadi bahan guyonan dan becandaan. Saya memang
turunan Garut. Keluarga ibu saya berasal dari Sukawening Garut. Jadi
saya punya banyak sanak family dan teman di Garut. Saya pun pernah 6
tahun tinggal di Garut untuk sekolah. Karenanya saya cukup mengenal
seluk beluk kota ini. Meski saya lahir, dibesarkan, dan kini tinggal
di kota Bandung.
Tapi kalau gak ada kasus
bupati itu mungkin saya gak bakalan buka-buka lagi file foto-foto
saya tentang Garut. Saya pernah berencana mengumpulkan dokumentasi
foto tentang Garut dilihat dari alamnya, sosial, budaya, termasuk
human interestnya. Untuk itulah saya kemudian “mencicil” membuat
dokumentasi. Jika ada waktu senggang saya pergi ke Garut untuk
memotret. Hal yang sudah lama sekali tak saya lakukan lagi karena
kesibukan pekerjaan saya.
Lalu kenapa Garut menarik
bagi saya? Saya pikir apa sih yang tak dimiliki Garut? Gunung punya,
laut pun punya. Belum lagi pantainya, sungai, danau (walau
kecil-kecil), hutan , air panas, semua itu Garut punya. Itu baru
kekayaan alamnya. Belum lagi kekayaan budayanya, kulinernya, budi
daya hayatinya. Garut itu kaya sekali dan eksotis. Karena eksotisnya,
kolonial Belanda menyebut Garut sebagai “Swiss van Java”.
Kebetulan saya pernah berkunjung ke Swiss. Jadi apa memang ada
kesamaan Garut dengan Swiss? Jelas banyak bedanya. Tapi kalau mau
dicari-cari ya ada sih kesamaan yang nyerempet-nyerempet. Semisal
Swiss punya gunung-gunung es –Garut pun punya gunung-gunung api.
Swiss punya coklat – Garut punya dodol. Swiss punya jam & pisau
– Garut punya kriya kulit dan bedog Cibatu. Tapi yang terasa sama
di Garut dan di Swiss bagi saya adalah suasananya yang tenang membuat
waktu seakan bergerak lebih lambat. Di Garut, pagi seolah datang
dengan malu-malu, dan senja hadir dengan romantis.
Jadi tidak ada alasan
untuk tak bangga jadi “turunan Garut” biar kasus bupati itu ramai
diberitakan. Saya berharap kelak akan ada bupati Garut yang mampu
meramu segala potensi Garut itu jadi karakter kota yang kuat. Banyak
kota di belahan negara lain yang punya potensi seperti Garut dan
mampu memaksimalkan potensi itu menjadi kekuatan kotanya. Dan saya
lihat itikad pemerintahnya membangun kotanya berangkat dari tujuan
untuk membuat nyaman-tentram-sejahtera warga domisili aslinya terlebih dahulu.
Semua orang tentu punya impian untuk mengerjakan sesuatu yang
dicintai, bersama orang-orang yang dicintai, di tempat yang juga dia
cintai. Jika sudah mendapat ketiga hal itu, separuh kebahagian
hidupnya sudah terpenuhi. Jadi, kota dibangun atas dasar kecintaan
dan untuk membangun impian-impian warganya. Jika sudah cinta, maka
ada keinginan untuk memberi. Dan kota yang karakternya baik tak perlu
banyak berkoar dan beriklan lagi, karena para tetamu akan berkunjung
dengan sendirinya.
Dan saat saya membuka
lagi file-file foto tentang Garut itu, keinginan untuk meneruskan
projek ini muncul kembali. Saya belum punya tujuan lain dalam membuat
foto-foto itu selain untuk membuat dokumentasi tentang Garut.
Kalaupun ada niat untuk dipublikasikan mungkin sebatas mempresentasikannya
di komunitas-komunitas teman yang saya kenal di Garut. Untuk sekedar
berbagi cerita lewat media foto bahwa betapa kaya, indah, dan
eksotisnya Garut itu. Dan siapa tahu foto-foto itu bisa menggugah semangat untuk membangun kotanya tercinta.
Saya coba tampilkan
sedikit foto-foto tentang Garut di blog ini. Foto yang ditampilkan
baru seputar alam Garut, jadi bisa dibayangkan betapa masih banyak
“PR” yang harus diselesaikan untuk membuat dokumentasi Garut
secara utuh. Dan setelah melihat list pekerjaan yang harus saya
selesaikan di kantor, saya jadi sangsi kalau projek itu bisa
diselesaikan dalam waktu dekat ini. Hadeuuhh...
|
Pagi di Cimaragas dengan latar belakang Gunung Cikurai yang terhalang kabut |
|
Pagi di Cisewu |
|
Senja di Sayang Heulang |
|
Senja di Pameungpeuk |
|
Senja di leuweung Sancang |
|
Pagi di Rancabuaya |
|
Senja di Sancang |
|
Senja di Sancang |
|
Cimaragas menyambut pagi |
|
Hamparan sawah di Cimaragas |
|
Kota Garut di pagi hari. Dengan latar Gunung Guntur |
|
Hamparan sawah di Sawah lega |
|
Papandayan, Gunung api aktif |
|
Pendaki Gunung Papandayan di pagi hari |
|
Gunung Papandayan |
|
Pagi di Pameungpeuk |
|
juaaaaaaraaaaa.....
BalasHapusmantabzz pemandangan na a..lanjutgan proyek na :D
BalasHapusKeren pissaaaaann kang Photo na :) (y) Haturnuhun tos nga Expose hal baik dari Garut kang :)
BalasHapusanjir juara kang
BalasHapuskagum dengan potensi garut, bangga pernah beberapa tahun tinggal di garut ;)
BalasHapus@kang arfan: hatur nuhun :)
BalasHapus@ deani : insya Allah, nuhun
@tresna : Haturnuhun. Garut memang aslina beautiful :)
@Ega : Garut memang edun!
@kang odeng : Garut is okeyy :D
Jrittttt sumpah! Eta ngejepret na kumaha carana mang
BalasHapusSubhanallah kang,, fotonya keren pisan .. two thumbs up deh,, keren :D
BalasHapusAssalamualaikum kang.
BalasHapusSaya fajar, saya sebetulnya hanya sering belajar saja untuk motret alam dan "wajah" garut secara utuh.
saat saya menemukan blog ini dan membaca post ini, saya merasa sayang sekali jika hanya menjadi koleksi pribadi saja.
Saya dan teman teman dikomunitas punya cita cita, ingin memperlihatkan keindahan garut bahwa betapa kaya & eksotisnya Garut lewat gelar karya foto. betul kang, bukan hanya alam, tapi banyak hal lain yang tak kalah menariknya di garut ini.
Jika berkenan, saya ingin mengajak akang untuk diskusi.
email saya : fajarmarantika90@gmail.com
https://www.facebook.com/fajarmarantika