Kamis, 06 Desember 2012

Ini Garut Bung! ( reminder projek yang gak kelar-kelar)

Maraknya berita soal kasus bupati Garut di media akhir-akhir ini membuat nama Garut makin berkibar. Beritanya pasti udah pada tahu, jadi gak perlu dibahas disini. Yang jelas gara-gara kasus itu saya yang sudah terlanjur dikenal sebagai “turunan Garut” oleh teman, rekan kerja, dan relasi, kena imbasnya jadi bahan guyonan dan becandaan. Saya memang turunan Garut. Keluarga ibu saya berasal dari Sukawening Garut. Jadi saya punya banyak sanak family dan teman di Garut. Saya pun pernah 6 tahun tinggal di Garut untuk sekolah. Karenanya saya cukup mengenal seluk beluk kota ini. Meski saya lahir, dibesarkan, dan kini tinggal di kota Bandung.

Tapi kalau gak ada kasus bupati itu mungkin saya gak bakalan buka-buka lagi file foto-foto saya tentang Garut. Saya pernah berencana mengumpulkan dokumentasi foto tentang Garut dilihat dari alamnya, sosial, budaya, termasuk human interestnya. Untuk itulah saya kemudian “mencicil” membuat dokumentasi. Jika ada waktu senggang saya pergi ke Garut untuk memotret. Hal yang sudah lama sekali tak saya lakukan lagi karena kesibukan pekerjaan saya.

Lalu kenapa Garut menarik bagi saya? Saya pikir apa sih yang tak dimiliki Garut? Gunung punya, laut pun punya. Belum lagi pantainya, sungai, danau (walau kecil-kecil), hutan , air panas, semua itu Garut punya. Itu baru kekayaan alamnya. Belum lagi kekayaan budayanya, kulinernya, budi daya hayatinya. Garut itu kaya sekali dan eksotis. Karena eksotisnya, kolonial Belanda menyebut Garut sebagai “Swiss van Java”. Kebetulan saya pernah berkunjung ke Swiss. Jadi apa memang ada kesamaan Garut dengan Swiss? Jelas banyak bedanya. Tapi kalau mau dicari-cari ya ada sih kesamaan yang nyerempet-nyerempet. Semisal Swiss punya gunung-gunung es –Garut pun punya gunung-gunung api. Swiss punya coklat – Garut punya dodol. Swiss punya jam & pisau – Garut punya kriya kulit dan bedog Cibatu. Tapi yang terasa sama di Garut dan di Swiss bagi saya adalah suasananya yang tenang membuat waktu seakan bergerak lebih lambat. Di Garut, pagi seolah datang dengan malu-malu, dan senja hadir dengan romantis.

Jadi tidak ada alasan untuk tak bangga jadi “turunan Garut” biar kasus bupati itu ramai diberitakan. Saya berharap kelak akan ada bupati Garut yang mampu meramu segala potensi Garut itu jadi karakter kota yang kuat. Banyak kota di belahan negara lain yang punya potensi seperti Garut dan mampu memaksimalkan potensi itu menjadi kekuatan kotanya. Dan saya lihat itikad pemerintahnya membangun kotanya berangkat dari tujuan untuk membuat nyaman-tentram-sejahtera warga domisili aslinya terlebih dahulu. Semua orang tentu punya impian untuk mengerjakan sesuatu yang dicintai, bersama orang-orang yang dicintai, di tempat yang juga dia cintai. Jika sudah mendapat ketiga hal itu, separuh kebahagian hidupnya sudah terpenuhi. Jadi, kota dibangun atas dasar kecintaan dan untuk membangun impian-impian warganya. Jika sudah cinta, maka ada keinginan untuk memberi. Dan kota yang karakternya baik tak perlu banyak berkoar dan beriklan lagi, karena para tetamu akan berkunjung dengan sendirinya.

Dan saat saya membuka lagi file-file foto tentang Garut itu, keinginan untuk meneruskan projek ini muncul kembali. Saya belum punya tujuan lain dalam membuat foto-foto itu selain untuk membuat dokumentasi tentang Garut. Kalaupun ada niat untuk dipublikasikan mungkin sebatas mempresentasikannya di komunitas-komunitas teman yang saya kenal di Garut. Untuk sekedar berbagi cerita lewat media foto bahwa betapa kaya, indah, dan eksotisnya Garut itu. Dan siapa tahu foto-foto itu bisa menggugah semangat untuk membangun kotanya tercinta.

Saya coba tampilkan sedikit foto-foto tentang Garut di blog ini. Foto yang ditampilkan baru seputar alam Garut, jadi bisa dibayangkan betapa masih banyak “PR” yang harus diselesaikan untuk membuat dokumentasi Garut secara utuh. Dan setelah melihat list pekerjaan yang harus saya selesaikan di kantor, saya jadi sangsi kalau projek itu bisa diselesaikan dalam waktu dekat ini. Hadeuuhh...

Pagi di Cimaragas dengan latar belakang Gunung Cikurai yang terhalang kabut

Pagi di Cisewu

Senja di Sayang Heulang

Senja di Pameungpeuk

Senja di leuweung Sancang

Pagi di Rancabuaya

Senja di Sancang

Senja di Sancang

Cimaragas menyambut pagi

Hamparan sawah di Cimaragas

Kota Garut di pagi hari. Dengan latar Gunung Guntur

Hamparan sawah di Sawah lega

Papandayan, Gunung api aktif

Pendaki Gunung Papandayan di pagi hari

Gunung Papandayan

Pagi di Pameungpeuk

9 komentar:

  1. mantabzz pemandangan na a..lanjutgan proyek na :D

    BalasHapus
  2. Keren pissaaaaann kang Photo na :) (y) Haturnuhun tos nga Expose hal baik dari Garut kang :)

    BalasHapus
  3. kagum dengan potensi garut, bangga pernah beberapa tahun tinggal di garut ;)

    BalasHapus
  4. @kang arfan: hatur nuhun :)
    @ deani : insya Allah, nuhun
    @tresna : Haturnuhun. Garut memang aslina beautiful :)
    @Ega : Garut memang edun!
    @kang odeng : Garut is okeyy :D

    BalasHapus
  5. Jrittttt sumpah! Eta ngejepret na kumaha carana mang

    BalasHapus
  6. Subhanallah kang,, fotonya keren pisan .. two thumbs up deh,, keren :D

    BalasHapus
  7. Assalamualaikum kang.
    Saya fajar, saya sebetulnya hanya sering belajar saja untuk motret alam dan "wajah" garut secara utuh.
    saat saya menemukan blog ini dan membaca post ini, saya merasa sayang sekali jika hanya menjadi koleksi pribadi saja.

    Saya dan teman teman dikomunitas punya cita cita, ingin memperlihatkan keindahan garut bahwa betapa kaya & eksotisnya Garut lewat gelar karya foto. betul kang, bukan hanya alam, tapi banyak hal lain yang tak kalah menariknya di garut ini.
    Jika berkenan, saya ingin mengajak akang untuk diskusi.

    email saya : fajarmarantika90@gmail.com
    https://www.facebook.com/fajarmarantika

    BalasHapus