Tulisan ini sebenarnya tulisan lama yang saya sunting lagi untuk pengantar materi tanya jawab tentang fotografi petualangan di Paseban.com. Saya posting lagi di blog ini sebagai arsip tulisan saya :)
Dalam dunia fotografi pilihan objek untuk diabadikan bisa sangat tak
terbatas. Yang membatasinya hanyalah ketertarikan dan kemauan
fotografer untuk mengabadikan objek-objek tersebut. Saya sendiri punya
ketertarikan memotret aktivitas petualangan saat pekerjaan saya sebagai
desainer produk di industri peralatan petualangan menuntut saya sering
terlibat dengan aktivitas petualangan dan berinteraksi dengan berbagai
komunitas petualang. Awalnya keterlibatan saya sebatas melakukan riset,
mencari inspirasi untuk pengembangan produk, dan menguji kelayakan
performa produk di medan petualangan sebelum produk itu dipasarkan.
Namun dari serangkaian pengalaman saat beraktivitas itu saya menemukan
banyak momen tak terduga yang sayang dilewatkan begitu saja. Tujuan
memotret pun berubah tidak hanya sekedar membuat dokumentasi untuk
riset. Saya belajar menekuni lebih serius lagi memotret aksi
petualangan, dan memilih untuk mempunyai spesialisasi memotret di bidang
ini.
Menangkap momen saat memotret aksi petualangan adalah tantangan yang
menarik bagi saya. Banyak jenis aksi petualangan. Ada pendakian gunung,
panjat tebing, susur goa, arung jeram, dan aktivitas ekstrim lainnya.
Aktivitas berbeda akan mengantarkan pada tantangan yang berbeda pula.
Dalam foto petualangan, ada target yang masih relevan diterapkan, yaitu
semakin ekstrim aksi - semakin tinggi pula nilai kekuatan fotonya. Hal
inilah yang menyebabkan banyak momen harus didapat lewat usaha keras.
Tantangan lainnya, petualangan umumnya dilakukan di wilayah yang tidak
kita akrabi dan berbeda dengan lingkungan keseharian kita. Sehingga kita
perlu mempersiapkan diri sebaik-baiknya untuk menghadapi berbagai
kemungkinan yang terjadi.
Apa yang harus dipersiapkan dalam memotret petualangan?
Persiapkan diri, nikmati petualangannya
Memotret petualangan berarti kita pun akan terlibat dalam
petualangannya. Mungkin kita akan menghabiskan waktu berhari-hari di
gunung dan di dalam hutan. Mungkin kita akan turun ke dalam gua yang
pengap dan gelap yang belum pernah dijamah manusia sebelumnya. Mungkin
pula kita akan tergantung berjam-jam di tebing yang curam. Maka tak
perlu menjadi beban, nikmati saja alur petualangan itu. Jika kita
mempersiapkan diri maka kita akan menikmati petualangannya.
Persiapkan Fisik!
Disamping keterampilan memotret, fisik merupakan faktor penting saat
kita berangkat memotret petualangan. Jangan lupakan persiapan fisik
sebelum berangkat memotret terutama jika medan yang akan kita tempuh
membutuhkan waktu panjang, berhari-hari atau berminggu-minggu. Memotret
petualangan menuntut kita menjadi ‘fotografer dua gardan’ karena selama
perjalanan seringkali menemui kondisi alam yang tidak menentu yang
berbeda dengan kondisi lingkungan keseharian kita. Kita tahu memotret
itu sendiri aktivitas yang butuh konsentrasi tinggi, terlebih jika
kita dibebani hal lain selain urusan memotret. Contohnya bagaimana
mengatur perlengkapan dan perbekalan selama perjalanan, bagaimana
mengamankan diri, atau bagaimana mencari cara menangkap momen di tempat
yang sulit dijangkau. Tentunya sebuah pekerjaan yang menguras tenaga
dan konsentrasi. Stamina yang baik akan membantu performa saat memotret
di lapangan. Olahraga yang rutin dan teratur dapat membantu menjaga
kondisi fisik dan kesehatan kita selama memotret. Biasanya saya menambah
porsi latihan sebelum tugas pemotretan. Jika pemotretan itu aktivitas
panjat tebing maka latihan difokuskan pada melatih daya tahan memanjat.
Latihan ini dibutuhkan karena kita akan dihadapkan dengan mencari sudut
bidik di ketinggian, baik dengan memanjat atau meniti tali. Jika
pemotretan pendakian gunung, latihan difokuskan pada daya tahan
berjalan kaki pada posisi menanjak. Latihan ini berguna karena memotret
pendakian menuntut fotografer untuk bergerak aktif mencari momen dari
berbagai arah. Terkadang mobilitas fotografer harus melebihi pergerakan
pendaki itu sendiri.
Luangkan waktu untuk berlatih teknik bertualang dengan aman
Menguasai teknik keterampilan petualangan akan membantu kita saat
memotret
petualangan. Misalnya dengan menguasai dasar-dasar teknik
climbing akan sangat membantu kita menguasai keadaan di tebing yang
terjal. Sebenarnya tidak perlu semahir atlet/petualang profesional yang
sehari-harinya berlatih untuk menguasai teknik secara prima , karena
tujuan atlet dan fotografer itu berbeda. Atlet tujuannya menaklukan
tantangan, sedangkan fotografer bertugas mengabadikannya. Menguasai
beberapa teknik dasar pun sudah cukup untuk bekal memotret (dengan
catatan pemotretan tidak dalam kondisi alam yang ekstrim). Tinggal
bagaimana kita mampu mengoptimalkan fisik kita . Jika belum merasa siap
dengan keterampilan teknis yang kita miliki, kita bisa meminta pemandu
profesional mendampingi kita selama memotret. Namun pergerakan kita
lebih terbatas karena akan tergantung pemandu. Sebaiknya tetap berusaha
menyisihkan waktu untuk berlatih. Penguasaan teknis bertualang akan
meningkatkan kepercayaan diri dan mental kita saat bekerja di lapangan.
Bentuk tim yang solid
Memotret petualangan menuntut kita untuk bekerjasama dengan tim. Dalam
tim bisa terdiri dari para pelaku petualangan, tim pendukung, pemandu,
porter, dan lain sebagainya. Jadi berpikirlah sebagai ‘team player’
bahwa kita akan bekerjasama dengan mereka semua untuk menghasilkan foto
terbaik.
Mencermati momen lebih mendalam
Tingkat kesulitan petualangan biasanya dirujuk menjadi kekuatan foto
karena mampu mewakili suasana dramatis petualangan itu. Tolak ukurnya
tidak terpaku pada faktor aksi saja. Bisa saja diperoleh lewat latar
kondisi alam yang eksotis. Mungkin juga terdapat pada ekspresi
ketegangan pelaku saat menghadapi saat-saat sulit, atau justru pada
suasana riang yang menampilkan gairah bertualang. Berbagai faktor
tersebut bisa saja tampil menjadi kekuatan foto. Yang penting dan perlu
dicermati adalah esensi mengapa sang petualang tergerak melakukan aksi
yang susah-susah itu, yaitu semangat yang tak kenal berhenti menjelajahi
batas kemampuan diri. Semangat petualangannyalah yang kita abadikan
Fokuslah pada tujuan memotret
Adakalanya kita lupa pada tujuan memotret karena terpesona dengan
kondisi alam yang kita temui. Bagi penggemar climbing misalnya, bentang
batuan yang menantang acapkali menggoda untuk turut menjajalnya. Ingat,
tujuan utama kita adalah memotret. Jangan hamburkan energi untuk
aktivitas yang bisa menguras fisik hingga kita bisa jatuh sakit. Atur
waktu sebaik mungkin hingga kita pun masih bisa menikmati kesenangan
kita setelah semua target memotret tuntas. Pergunakan waktu istirahat
sebaik mungkin terutama tidur yang cukup di malam hari. Sekarang bukan
jamannya lagi bergadang di camp, membuang energi sia-sia belaka.
Siapkan kamera cadangan, penyimpan memori dan baterai cadangan
Jika tak ada sumber listrik selama perjalanan, perkirakan secermat
mungkin lama perjalanan dengan ketersediaan sumber listrik untuk kamera.
Cukupkah membawa beberapa baterai cadangan atau harus membawa sumber
energi lain untuk pengisi baterai seperti sumber listrik tenaga surya.
Memotret di tengah kondisi alam yang sulit diprediksi mempunyai tingkat
resiko tinggi. Kamera cadangan dibutuhkan untuk mengantisipasi jika
terjadi masalah dengan kamera utama. Siapkan kamera cadangan sesuai
budjet yang dimiliki, bisa kamera DSLR, prosumer, pocket digital atau
kamera analog. Intinya jangan sampai perjalanan kita tak berbuah apapun
karena kameranya tewas duluan. Siapkan pula wadah yang mampu melindungi
gear anda dengan baik, misalnya tas kamera yang dirancang untuk
aktivitas outdoor.
Rabu, 06 Februari 2013
Tebing terjal tempat kami bermain
Waktu Bang Reynold Sumayku ( Photo Editor National Geographic
Indonesia) menghubungi saya untuk mengisi rubrik “Portfolio” tentang
foto-foto panjat tebing di Majalah National Geographic Traveler, saya tak
merasa bingung soal foto. Karena lebih dari separuh isi hardisk foto
saya berisi foto tentang petualangan. Tapi waktu Bang Reynold
menyampaikan pesan susulannya untuk menyertakan pengantar tulisannya
mengangkat hal yang lebih filosofis, barulah saya mulai bingung :).
Biarpun cuma tulisan pengantar yang tak terlalu panjang, hal filosofis
panjat tebing jarang terlintas di pikiran saya. Yang sering saya
bicarakan dengan teman-teman pemanjat banyaknya urusan teknis. Tapi
itulah tantangannya, kalau tak ada pesan Bang Reynold mungkin hal itu
jadi tak terpikirkan ;)
Untuk apa sih kami memanjat tebing? Membuktikan bahwa gravitasi itu bisa dilawan? Atau biar kelihatan gagah dan kuat? Biar seperti Tom Cruise di Mission Imposible? Atau mirip Primus di iklan obat? :D.. Bagi yang baru kenal dan mencoba kegiatan ini mungkin saja alasan2 unjuk gigi itu masih masuk akal. Tapi bagi yang memanjat sudah menjadi bagian kegiatannya tentu bukan untuk alasan seperti itu lagi. Dalam memanjat saya seringnya malah menyertakan alasan pekerjaan. Entah itu tugas memotret, menguji-coba peralatan panjat tebing yang saya desain, atau membantu penelitian yang butuh dokumentasi di tempat yang susah dijangkau. Sungguh gak ada filosofis-filosofisnya. That's just about work...hehe
Mungkin bagi pemanjat tebing filosofi memanjat sederhana saja. Bagi mereka, dinding tebing adalah taman bermain, tempat belajar dan menempa dirinya. Jadi ya sudah, simak aja foto lengkap dan narasinya di Majalah National Geographic Traveler edisi bulan Februari 2013 ini. Saya kirim penampakannya biar teman-teman pemanjat penasaran siapa aja yang wajahnya nampang di majalah itu. Mudah-mudahan yang nampang nanti bisa jadi bintang iklan obat menggantikan Primus hehehe...
Appreciate to the great team : Mamay Salim , Heni Juhana, Iwan Kwecheng, Tedi Ixdiana, Yuyun Yuniar, Nana Herdiana
Untuk apa sih kami memanjat tebing? Membuktikan bahwa gravitasi itu bisa dilawan? Atau biar kelihatan gagah dan kuat? Biar seperti Tom Cruise di Mission Imposible? Atau mirip Primus di iklan obat? :D.. Bagi yang baru kenal dan mencoba kegiatan ini mungkin saja alasan2 unjuk gigi itu masih masuk akal. Tapi bagi yang memanjat sudah menjadi bagian kegiatannya tentu bukan untuk alasan seperti itu lagi. Dalam memanjat saya seringnya malah menyertakan alasan pekerjaan. Entah itu tugas memotret, menguji-coba peralatan panjat tebing yang saya desain, atau membantu penelitian yang butuh dokumentasi di tempat yang susah dijangkau. Sungguh gak ada filosofis-filosofisnya. That's just about work...hehe
Mungkin bagi pemanjat tebing filosofi memanjat sederhana saja. Bagi mereka, dinding tebing adalah taman bermain, tempat belajar dan menempa dirinya. Jadi ya sudah, simak aja foto lengkap dan narasinya di Majalah National Geographic Traveler edisi bulan Februari 2013 ini. Saya kirim penampakannya biar teman-teman pemanjat penasaran siapa aja yang wajahnya nampang di majalah itu. Mudah-mudahan yang nampang nanti bisa jadi bintang iklan obat menggantikan Primus hehehe...
Appreciate to the great team : Mamay Salim , Heni Juhana, Iwan Kwecheng, Tedi Ixdiana, Yuyun Yuniar, Nana Herdiana
Langganan:
Postingan (Atom)